وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّن دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

11 Agustus 2025

Tadabbur Surat Al-Hujurat ayat 12 (1) : Larangan Berprasangka Buruk



​Prasangka buruk, atau dalam bahasa Arab disebut dhonn atau su'udzon, adalah penyakit hati yang seringkali kita anggap remeh. Padahal, Allah SWT secara tegas memperingatkan kita untuk menjauhinya. Dalam surat Al-Hujurat ayat 12, prasangka buruk diletakkan di awal larangan sebelum ghibah dan tajassus, menunjukkan betapa berbahayanya penyakit ini:

​يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا ٱجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ ٱلظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَٱتَّقُوا ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ
​"Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka (kecurigaan), karena sebagian prasangka itu adalah dosa. Dan janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kalian memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kalian merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang."
​Ayat di atas dimulai dengan kalimat "jauhilah kebanyakan dari prasangka (kecurigaan)" karena prasangka buruk adalah akar dari segala keburukan sosial. Ia menjadi benih yang menumbuhkan kebencian, kecurigaan, dan permusuhan. Prasangka buruk adalah asumsi negatif yang kita buat tentang orang lain tanpa adanya bukti yang kuat atau fakta yang jelas.
​Mengapa prasangka buruk sangat berbahaya?

Menyebabkan Dosa: Allah SWT dengan jelas menyatakan bahwa "sebagian prasangka itu adalah dosa." Artinya, tidak semua prasangka adalah dosa, tetapi kebanyakan prasangka yang muncul dari kecurigaan dan pikiran negatif adalah dosa.

Merusak Hubungan Sosial: Prasangka buruk dapat merusak hubungan persaudaraan. Ketika kita berprasangka buruk pada seseorang, kita akan mulai menjauhinya, bersikap dingin, atau bahkan membicarakannya di belakang.

​Memicu Perbuatan Maksiat Lainnya: Prasangka buruk adalah pintu gerbang menuju tajassus (mencari-cari kesalahan) dan ghibah (menggunjing). Prasangka memicu rasa penasaran untuk membenarkan prasangka tersebut, yang kemudian mendorong seseorang untuk mencari-cari aib. Setelah aib ditemukan (baik benar atau tidak), ia akan cenderung membicarakannya.

Contoh Prasangka Buruk dalam Kehidupan Sehari-hari :
- ​Seseorang melihat HP temannya dikunci dan disandi, kemudian dia mengira bahwa teman yang HP-nya dikunci tersebut berisi konten-konten yang tak pantas atau bahkan dia berprasangka temannya sedang selingkuh, padahal yang sebenarnya adalah temannya sedang melindungi datanya yang penting jangan sampai hilang atau rusak karena menyangkut dengan pekerjaan sehari-hari.

- ​Seorang ibu melihat anaknya pulang terlambat. Ia langsung berprasangka buruk bahwa anaknya pergi ke tempat yang tidak baik, padahal mungkin saja anaknya sedang membantu seorang teman yang sedang dalam kesulitan.

​- Ketika melihat tetangga yang sering pulang larut malam, kita langsung berprasangka bahwa ia melakukan pekerjaan yang tidak benar, padahal bisa jadi ia adalah seorang pekerja keras yang harus lembur setiap hari.
​Rasulullah SAW memperingatkan umatnya tentang bahaya prasangka buruk.
​Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah SAW bersabda, 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: "إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ، فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ، وَلَا تَجَسَّسُوا،
 وَلَا تَحَسَّسُوا، وَلَا تَنَافَسُوا، وَلَا تَدَابَرُوا، وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا." (رواه البخاري ومسلم)
"Jauhilah oleh kalian berprasangka buruk, karena sesungguhnya prasangka buruk itu adalah ucapan yang paling dusta. Dan janganlah kalian mencari-cari aib orang lain, jangan memata-matai, jangan saling mendengki, jangan saling membelakangi, dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara." (HR. Bukhari dan Muslim)

​Hadits ini mengibaratkan prasangka buruk sebagai "ucapan yang paling dusta" karena prasangka buruk adalah asumsi yang seringkali tidak benar. Dengan menjauhi prasangka buruk, kita dapat menjaga hati kita dari kedengkian dan permusuhan, serta mempererat tali persaudaraan.

​Para ulama memberikan nasihat berharga mengenai cara menghindari prasangka buruk:
​Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa "dhonn" (prasangka) adalah dugaan yang tidak didasari bukti. Beliau menegaskan bahwa seorang mukmin harus selalu berprasangka baik (husnuzhon) kepada saudaranya selama tidak ada bukti yang jelas dan kuat.

Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumiddin menyebutkan bahwa prasangka buruk adalah pintu utama dari penyakit hati. Beliau menganjurkan agar kita selalu berusaha mencari alasan baik (uzur) atas perbuatan orang lain, karena hal tersebut dapat membersihkan hati dan menjaga hubungan baik.

​Penutup
​Prasangka buruk adalah penyakit hati yang merusak. Ia tidak hanya merusak hubungan kita dengan orang lain, tetapi juga merusak hubungan kita dengan Allah SWT. Dengan menjauhi prasangka buruk, kita menunjukkan ketaatan kita kepada Allah dan Rasul-Nya.
​Mulailah dengan melatih diri untuk selalu berprasangka baik (husnuzhon) kepada setiap orang. Ketika muncul pikiran negatif tentang seseorang, segeralah beristighfar dan mencoba mencari alasan baik atas perbuatannya. Dengan begitu, hati kita akan menjadi lebih tenang, damai, dan penuh dengan kasih sayang.

​Semoga Allah SWT membersihkan hati kita dari segala penyakit dan menjadikan kita hamba-Nya yang senantiasa berprasangka baik. Aamiin.

Share:

Postingan Populer