وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّن دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

07 Agustus 2025

Merayakan Hari Kemerdekaan: Antara Ekspresi Syukur dan Kufur Nikmat

Setiap tanggal 17 Agustus, seluruh rakyat Indonesia larut dalam euforia perayaan Hari Kemerdekaan. Bendera Merah Putih berkibar di setiap sudut pelosok negeri, lantunan lagu kebangsaan bergema, dan beragam lomba diadakan untuk memeriahkan momen bersejarah ini. Namun, di balik semarak perayaan tersebut, muncul pertanyaan mendalam: apakah semua ekspresi ini benar-benar wujud rasa syukur atas kemerdekaan, atau justru ada yang terjebak dalam kufur nikmat?

Kemerdekaan adalah nikmat tak ternilai harganya. Sebuah hasil dari perjuangan para pahlawan yang mengorbankan jiwa dan raga demi membebaskan bangsa dari belenggu penjajahan. Ekspresi syukur yang sejati seharusnya tidak hanya terbatas pada euforia sesaat, tetapi juga tercermin dalam sikap, perbuatan, dan tanggung jawab kita sebagai warga negara.

Ekspresi rasa syukur yang sejati diantaranya adalah sebagai berikut :

  1. Mengenang Jasa Pahlawan: Rasa syukur yang paling mendasar adalah dengan tidak melupakan sejarah. Menghargai perjuangan pahlawan bukan hanya dengan mendo’akan dan mengheningkan cipta, melainkan dengan meneladani semangat mereka. Semangat pantang menyerah, rela berkorban, dan cinta tanah air harus terus dihidupkan dalam diri kita.
  2. Menjaga Persatuan dan Kesatuan: Kemerdekaan diraih berkat persatuan dari berbagai suku, agama, dan golongan. Merayakan kemerdekaan adalah dengan terus merawat kebhinekaan. Menghindari perpecahan, intoleransi, dan konflik adalah wujud nyata dari rasa syukur kita atas persatuan yang telah diwariskan.
  3. Mengisi Kemerdekaan dengan Prestasi: Para pahlawan telah membebaskan kita dari penjajahan fisik. Tugas kita sekarang adalah membebaskan bangsa dari kebodohan, kemiskinan, dan keterbelakangan. Bekerja keras, belajar dengan tekun, berinovasi, dan berkontribusi positif bagi bangsa adalah cara terbaik untuk mengisi kemerdekaan. Ini adalah bentuk syukur yang paling produktif.
  4. Menjunjung Tinggi Nilai-Nilai Pancasila: Pancasila adalah fondasi negara kita. Mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, seperti gotong royong, keadilan sosial, dan musyawarah, adalah wujud nyata dari penghormatan terhadap pondasi kemerdekaan itu sendiri.

Sayangnya, di sisi lain, kita juga sering melihat perayaan yang justru menjauhkan kita dari hakikat syukur. Inilah yang bisa kita seartikan sebagai kufur nikmat, yaitu mengingkari atau tidak mensyukuri nikmat yang telah diberikan.

  1. Perayaan yang Berlebihan dan Tidak Substantif: Berbagai macam lomba yang dilaksanakan hanya sebatas untuk bisa mentertawakan aksi orang lain dengan merendahkan nilai-nilai kemanusiaan, dan juga panggung-panggung hiburan yang menampilkan aurat yang terbuka yang tidak jarang juga dijadikan tempat pesta minuman keras, apalagi berujung tawuran adalah bagian dari ekspresi kufur nikmat.
  2. Merusak Fasilitas Umum dan Lingkungan: Perayaan yang mengganggu ketentraman warga yang bersumber dari suara yang terlalu keras semisal Sound Horeg yang seringkali juga merusak fasilitas umum, meninggalkan sampah berserakan atau bahkan menimbulkan kericuhan, jelas merupakan bentuk ketidakpedulian. Perilaku ini menunjukkan bahwa kita tidak menghargai apa yang telah dibangun dan dipertahankan dengan susah payah oleh para pendahulu.
  3. Tindak Intoleransi dan Diskriminasi: Ketika kita merayakan kemerdekaan, tetapi di saat yang sama masih ada sikap intoleransi, diskriminasi, dan merendahkan orang lain yang berbeda, maka kita telah mengingkari salah satu pilar utama kemerdekaan, yaitu persatuan dan kesatuan. Ini adalah bentuk kufur nikmat yang menghancurkan pondasi bangsa dari dalam.

Kesimpulan

Merayakan Hari Kemerdekaan adalah hak setiap warga negara, tetapi penting untuk selalu menempatkannya dalam konteks yang benar. Kemerdekaan adalah anugerah yang harus disyukuri, bukan sekadar dirayakan.

Mari jadikan setiap perayaan 17 Agustus sebagai momentum untuk kembali merenungkan, meneladani, dan berkomitmen untuk menjadi warga negara yang lebih baik. Jauhkan diri dari perayaan yang hanya berujung pada hura-hura tanpa makna. Mari kita tunjukkan rasa syukur kita yang sejati dengan terus menjaga, merawat, dan membangun Indonesia menjadi negara yang lebih maju, adil, dan sejahtera, sesuai dengan cita-cita para pahlawan bangsa. Karena sejatinya, kemerdekaan adalah tanggung jawab yang harus kita panggul demi membuat negara kita menjadi maju dan sejahtera, bukan sekadar pesta, bergembira dan tertawa-tawa.*

 

Share:

Postingan Populer