وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّن دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

07 Agustus 2025

Merayakan Hari Kemerdekaan: Antara Ekspresi Syukur dan Kufur Nikmat

Setiap tanggal 17 Agustus, seluruh rakyat Indonesia larut dalam euforia perayaan Hari Kemerdekaan. Bendera Merah Putih berkibar di setiap sudut pelosok negeri, lantunan lagu kebangsaan bergema, dan beragam lomba diadakan untuk memeriahkan momen bersejarah ini. Namun, di balik semarak perayaan tersebut, muncul pertanyaan mendalam: apakah semua ekspresi ini benar-benar wujud rasa syukur atas kemerdekaan, atau justru ada yang terjebak dalam kufur nikmat?

Kemerdekaan adalah nikmat tak ternilai harganya. Sebuah hasil dari perjuangan para pahlawan yang mengorbankan jiwa dan raga demi membebaskan bangsa dari belenggu penjajahan. Ekspresi syukur yang sejati seharusnya tidak hanya terbatas pada euforia sesaat, tetapi juga tercermin dalam sikap, perbuatan, dan tanggung jawab kita sebagai warga negara.

Ekspresi rasa syukur yang sejati diantaranya adalah sebagai berikut :

  1. Mengenang Jasa Pahlawan: Rasa syukur yang paling mendasar adalah dengan tidak melupakan sejarah. Menghargai perjuangan pahlawan bukan hanya dengan mendo’akan dan mengheningkan cipta, melainkan dengan meneladani semangat mereka. Semangat pantang menyerah, rela berkorban, dan cinta tanah air harus terus dihidupkan dalam diri kita.
  2. Menjaga Persatuan dan Kesatuan: Kemerdekaan diraih berkat persatuan dari berbagai suku, agama, dan golongan. Merayakan kemerdekaan adalah dengan terus merawat kebhinekaan. Menghindari perpecahan, intoleransi, dan konflik adalah wujud nyata dari rasa syukur kita atas persatuan yang telah diwariskan.
  3. Mengisi Kemerdekaan dengan Prestasi: Para pahlawan telah membebaskan kita dari penjajahan fisik. Tugas kita sekarang adalah membebaskan bangsa dari kebodohan, kemiskinan, dan keterbelakangan. Bekerja keras, belajar dengan tekun, berinovasi, dan berkontribusi positif bagi bangsa adalah cara terbaik untuk mengisi kemerdekaan. Ini adalah bentuk syukur yang paling produktif.
  4. Menjunjung Tinggi Nilai-Nilai Pancasila: Pancasila adalah fondasi negara kita. Mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, seperti gotong royong, keadilan sosial, dan musyawarah, adalah wujud nyata dari penghormatan terhadap pondasi kemerdekaan itu sendiri.

Sayangnya, di sisi lain, kita juga sering melihat perayaan yang justru menjauhkan kita dari hakikat syukur. Inilah yang bisa kita seartikan sebagai kufur nikmat, yaitu mengingkari atau tidak mensyukuri nikmat yang telah diberikan.

  1. Perayaan yang Berlebihan dan Tidak Substantif: Berbagai macam lomba yang dilaksanakan hanya sebatas untuk bisa mentertawakan aksi orang lain dengan merendahkan nilai-nilai kemanusiaan, dan juga panggung-panggung hiburan yang menampilkan aurat yang terbuka yang tidak jarang juga dijadikan tempat pesta minuman keras, apalagi berujung tawuran adalah bagian dari ekspresi kufur nikmat.
  2. Merusak Fasilitas Umum dan Lingkungan: Perayaan yang mengganggu ketentraman warga yang bersumber dari suara yang terlalu keras semisal Sound Horeg yang seringkali juga merusak fasilitas umum, meninggalkan sampah berserakan atau bahkan menimbulkan kericuhan, jelas merupakan bentuk ketidakpedulian. Perilaku ini menunjukkan bahwa kita tidak menghargai apa yang telah dibangun dan dipertahankan dengan susah payah oleh para pendahulu.
  3. Tindak Intoleransi dan Diskriminasi: Ketika kita merayakan kemerdekaan, tetapi di saat yang sama masih ada sikap intoleransi, diskriminasi, dan merendahkan orang lain yang berbeda, maka kita telah mengingkari salah satu pilar utama kemerdekaan, yaitu persatuan dan kesatuan. Ini adalah bentuk kufur nikmat yang menghancurkan pondasi bangsa dari dalam.

Kesimpulan

Merayakan Hari Kemerdekaan adalah hak setiap warga negara, tetapi penting untuk selalu menempatkannya dalam konteks yang benar. Kemerdekaan adalah anugerah yang harus disyukuri, bukan sekadar dirayakan.

Mari jadikan setiap perayaan 17 Agustus sebagai momentum untuk kembali merenungkan, meneladani, dan berkomitmen untuk menjadi warga negara yang lebih baik. Jauhkan diri dari perayaan yang hanya berujung pada hura-hura tanpa makna. Mari kita tunjukkan rasa syukur kita yang sejati dengan terus menjaga, merawat, dan membangun Indonesia menjadi negara yang lebih maju, adil, dan sejahtera, sesuai dengan cita-cita para pahlawan bangsa. Karena sejatinya, kemerdekaan adalah tanggung jawab yang harus kita panggul demi membuat negara kita menjadi maju dan sejahtera, bukan sekadar pesta, bergembira dan tertawa-tawa.*

 

Share:

05 Agustus 2025

Cara Bangun Tidur dan Do'a Yang Dibaca


Saat bangun dari tidur, Nabi Muhammad SAW memberikan teladan adab dan doa yang sangat mudah untuk kita amalkan. Hal ini merupakan bentuk rasa syukur karena Allah SWT telah memberikan kesempatan hidup kembali.

Cara Nabi Bangun dari Tidur

Berdasarkan hadis-hadis sahih, berikut adalah beberapa adab dan sunah yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW saat bangun tidur:

  1. Duduk dan Mengusap Wajah: Setelah bangun, beliau tidak langsung berdiri, melainkan duduk terlebih dahulu. Kemudian, beliau mengusap wajahnya dengan tangan untuk menghilangkan bekas kantuk. Hal ini dicatat dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim.

  2. Membaca Doa Bangun Tidur: Setelah duduk, beliau mengucapkan doa sebagai bentuk syukur atas nikmat dihidupkan kembali setelah tidur, yang diibaratkan seperti mati sementara.

  3. Membaca Ayat Al-Qur'an: Dalam beberapa riwayat, Nabi juga disebutkan membaca sepuluh ayat terakhir dari Surah Ali Imran saat bangun di tengah malam untuk shalat tahajud.

  4. Bersiwak (Menggosok Gigi): Setelah itu, beliau bersiwak atau menggosok gigi untuk membersihkan mulut. Ini menunjukkan pentingnya kebersihan pribadi sejak awal hari.

  5. Berwudu dan Shalat: Langkah berikutnya adalah berwudu dan menunaikan salat, seperti salat subuh atau salat malam (tahajud) jika bangun di sepertiga malam terakhir.


Doa Bangun Tidur dalam Bahasa Arab

Doa yang paling umum dan sahih yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW adalah:

Doa: اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُوْرُ

Terjemahan: "Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah kami dimatikan (tidur), dan hanya kepada-Nya lah kami dikembalikan."

Doa ini mengandung makna yang mendalam, yaitu pengakuan bahwa hidup dan mati sepenuhnya berada di tangan Allah SWT, dan setiap hari yang baru adalah anugerah yang patut disyukuri.

Share:

Kisah Nabi Daud Melawan Jalut




Kisah Nabi Daud melawan Jalut adalah salah satu kisah heroik yang paling terkenal dalam sejarah kenabian. Kisah ini tercatat dalam Al-Qur'an, khususnya di surat Al-Baqarah ayat 246-251, dan menjadi simbol kemenangan kebenaran atas kezaliman, serta iman atas kesombongan.

Latar Belakang Perang

Setelah wafatnya Nabi Musa dan Nabi Harun, Bani Israil mengalami masa-masa sulit. Mereka terpecah belah, meninggalkan ajaran agama, dan berada di bawah penindasan kaum Amaliqah yang dipimpin oleh seorang raja yang sangat perkasa dan kejam bernama Jalut. Jalut dikenal sebagai sosok raksasa yang tidak terkalahkan, membuat banyak orang gentar hanya dengan mendengar namanya.

Masyarakat Bani Israil kemudian mendatangi seorang nabi mereka untuk meminta seorang pemimpin (raja) yang bisa menyatukan dan memimpin mereka berperang melawan Jalut. Allah SWT kemudian memilih Thalut sebagai raja. Pemilihan ini sempat ditentang oleh Bani Israil karena Thalut bukanlah keturunan bangsawan dan juga tidak kaya. Namun, Nabi mereka meyakinkan bahwa Thalut memiliki ilmu, fisik yang kuat, dan kebijaksanaan yang menjadikannya pemimpin yang tepat. Sebagai tanda kebenaran, Tabut Perjanjian yang hilang dikembalikan kepada mereka.

Ujian Pasukan Thalut

Thalut mengumpulkan pasukannya untuk menghadapi Jalut. Namun, di tengah perjalanan menuju medan perang, Thalut memberikan ujian kepada pasukannya. Ia berkata, "Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan sebuah sungai. Barang siapa meminum airnya, maka ia bukanlah pengikutku, kecuali orang yang hanya menciduknya seciduk dengan tangannya."

Sebagian besar pasukan Thalut tidak sabar dan meminum air sungai tersebut dengan lahap, sehingga mereka menjadi lemah dan tidak sanggup melanjutkan perjalanan. Hanya sebagian kecil, sekitar 313 orang, yang sabar dan taat pada perintah Thalut. Mereka inilah yang kemudian melanjutkan perjalanan untuk menghadapi pasukan Jalut.

Kemunculan Daud di Medan Perang

Di antara pasukan yang tersisa itu, ada seorang pemuda bernama Daud. Saat itu, Daud masih sangat muda dan belum diangkat menjadi nabi. Ia hanya seorang gembala yang membawa ketapel dan beberapa butir batu sebagai senjatanya.

Ketika kedua pasukan bertemu, Jalut keluar dari barisannya dengan mengenakan baju besi dan senjata lengkap, menantang duel satu lawan satu. Pasukan Thalut gemetar ketakutan melihat keperkasaan Jalut, dan tidak ada satu pun yang berani maju.

Melihat kondisi ini, Daud yang muda dan penuh keberanian maju ke depan. Ia menawarkan diri untuk menghadapi Jalut. Thalut awalnya ragu, tetapi melihat tekad Daud yang luar biasa, ia mengizinkannya. Jalut mengejek Daud yang hanya membawa tongkat dan ketapel, menganggapnya remeh.

Pertarungan yang Menentukan

Daud menjawab ejekan Jalut dengan penuh keyakinan, "Engkau bangga dengan pedang dan zirahmu, tapi aku datang kepadamu dengan nama Allah, Tuhan semesta alam!"

Pertarungan pun dimulai. Jalut melangkah maju dengan kesombongan, sementara Daud mengambil salah satu batu dari sakunya, memasangnya pada ketapelnya, dan membacakan Basmalah. Atas izin Allah, batu itu melesat dengan kecepatan tinggi dan tepat mengenai dahi Jalut.

Jalut yang perkasa langsung tersungkur, roboh, dan mati seketika. Pasukan Jalut yang melihat pemimpin mereka tewas di tangan seorang pemuda langsung kehilangan semangat dan melarikan diri. Kemenangan besar pun diraih oleh pasukan Thalut berkat keberanian dan keyakinan Daud.

Hikmah dari Kisah

Kisah Nabi Daud melawan Jalut mengajarkan banyak pelajaran berharga:

  • Kekuatan iman lebih besar dari kekuatan fisik. Daud mengalahkan Jalut bukan dengan kekuatan tubuhnya, tetapi dengan keyakinan yang teguh kepada Allah.

  • Keberanian tidak ditentukan oleh usia atau senjata. Daud yang masih muda dan hanya bersenjatakan ketapel mampu mengalahkan raksasa yang bersenjata lengkap.

  • Kemenangan sejati datang dari Allah. Keberhasilan Daud adalah bukti pertolongan Allah bagi hamba-Nya yang berserah diri dan berjuang di jalan kebenaran.

Setelah kemenangan itu, Daud diangkat menjadi menantu Raja Thalut dan menjadi pahlawan yang dicintai rakyat. Pada akhirnya, Allah SWT menganugerahkan Daud kenabian dan kerajaan, serta menurunkan kitab suci Zabur kepadanya.

Share:

Amalan dan Do'a-Do'a Sebelum Tidur

Di dalam kitab Bidayatul Hidayah, Imam Ghazali menjelaskan bahwa ada beberapa doa yang diriwayatkan dari istri dan sahabat Nabi Muhammad SAW yang bisa diamalkan sebelum tidur. Berikut adalah beberapa di antaranya yang bersumber dari hadis sahih, lengkap dengan tulisan Arab, terjemahan, dan referensi hadisnya:

1. Doa Setelah Berbaring Menghadap Kiblat dan Meletakkan Tangan di Bawah Pipi

Diriwayatkan dari Hafshah, bahwa ketika Nabi SAW hendak tidur, beliau meletakkan tangan kanannya di bawah pipi seraya berdoa:

Doa:

اَللَّهُمَّ قِنِي عَذَابَكَ يَوْمَ تَبْعَثُ عِبَادَكَ

Terjemahan:

"Ya Allah, lindungilah aku dari azab-Mu pada hari ketika Engkau membangkitkan hamba-hamba-Mu."

Referensi:

HR. Abu Daud, no. 5045. Hadis ini juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad.

2. Doa Saat Berbaring di Ranjang

Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, "Apabila salah seorang dari kalian hendak tidur, maka hendaknya ia mengibaskan kainnya ke kasur seraya membaca doa ini:

Doa:

بِاسْمِكَ رَبِّى وَضَعْتُ جَنْبِى، وَبِكَ أَرْفَعُهُ، إِنْ أَمْسَكْتَ نَفْسِى فَارْحَمْهَا، وَإِنْ أَرْسَلْتَهَا فَاحْفَظْهَا، بِمَا تَحْفَظُ بِهِ عِبَادَكَ الصَّالِحِينَ

Terjemahan:

"Dengan nama-Mu, ya Tuhanku, aku berbaring. Dan dengan nama-Mu pula aku bangun. Jika Engkau menahan (mewafatkan) jiwaku, maka ampunilah ia. Dan jika Engkau melepaskannya, maka peliharalah ia sebagaimana Engkau memelihara hamba-hamba-Mu yang saleh."

Referensi:

HR. Bukhari, no. 6320 dan Muslim, no. 2714.


3. Doa Sebelum Tidur Secara Umum

Doa ini adalah salah satu yang paling sering diamalkan. Diriwayatkan dari Huzaifah dan Abu Dzar, mereka berkata: "Apabila Rasulullah SAW berbaring di tempat tidurnya pada malam hari, beliau membaca:

Doa:

بِاسْمِكَ اللَّهُمَّ أَمُوتُ وَأَحْيَا

Terjemahan:

"Dengan nama-Mu, ya Allah, aku mati (tidur) dan aku hidup (bangun)."

Referensi:

HR. Bukhari, no. 6312 dan Muslim, no. 2711.


4. Doa Perlindungan dari Kejahatan

Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa membaca doa ini sebelum tidur, maka ia akan dilindungi dari segala kejahatan:

Doa:

اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِوَجْهِكَ الْكَرِيمِ، وَكَلِمَاتِكَ التَّامَّةِ، مِنْ شَرِّ مَا أَنْتَ آخِذٌ بِنَاصِيَتِهِ، اَللَّهُمَّ أَنْتَ تَكْشِفُ الْمَغْرَمَ وَالْمَأْثَمَ، اَللَّهُمَّ لَا يُهْزَمُ جُنْدُكَ، وَلَا يُخْلَفُ وَعْدُكَ، سُبْحَانَكَ وَبِحَمْدِكَ

Terjemahan:

"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung dengan wajah-Mu yang mulia dan kalimat-kalimat-Mu yang sempurna dari segala kejahatan yang Engkau pegang ubun-ubunnya. Ya Allah, Engkau-lah yang menghilangkan utang dan dosa. Ya Allah, tidak akan kalah pasukan-Mu, dan tidak akan diingkari janji-Mu. Maha Suci Engkau dengan segala puji-Mu."

Referensi:

HR. Muslim, no. 2713.

5. Membaca Surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas

Selain doa-doa di atas, Nabi Muhammad SAW juga mengajarkan untuk membaca tiga surat terakhir dalam Al-Qur'an.

Diriwayatkan dari Aisyah, bahwa Nabi SAW apabila hendak tidur, beliau mengumpulkan kedua telapak tangannya, lalu meniupnya sambil membaca surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas. Kemudian, beliau mengusap seluruh tubuhnya yang terjangkau oleh tangannya, dimulai dari kepala, wajah, dan bagian depan tubuhnya. Beliau melakukan hal itu sebanyak tiga kali.

Referensi:

HR. Bukhari, no. 5017.


6. Ayat Kursi (Surah Al-Baqarah, Ayat 255)

اَللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۚ اَلْحَيُّ الْقَيُّوْمُ ەۚ لَا تَأْخُذُهٗ سِنَةٌ وَّلَا نَوْمٌۗ لَهٗ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ مَنْ ذَا الَّذِيْ يَشْفَعُ عِنْدَهٗٓ اِلَّا بِاِذْنِهٖۗ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْۚ وَلَا يُحِيْطُوْنَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهٖٓ اِلَّا بِمَا شَاۤءَۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَۚ وَلَا يَـُٔوْدُهٗ حِفْظُهُمَاۚ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيْمُ1

Terjemahan:

"Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Maha Hidup, Yang terus-menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur. Milik-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang di hadapan mereka dan apa yang di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun tentang ilmu-Nya melainkan apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya meliputi langit dan bumi. Dan Dia tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Dia Maha Tinggi, Maha Agung."


7. Dua Ayat Terakhir Surat Al-Baqarah (Ayat 285-286)

Ayat 285:

اٰمَنَ الرَّسُوْلُ بِمَآ اُنْزِلَ اِلَيْهِ مِنْ رَّبِّهٖ وَالْمُؤْمِنُوْنَۗ كُلٌّ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَمَلٰۤىِٕكَتِهٖ وَكُتُبِهٖ وَرُسُلِهٖۗ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ اَحَدٍ مِّنْ رُّسُلِهٖۗ وَقَالُوْا سَمِعْنَا وَاَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَاِلَيْكَ الْمَصِيْرُ2

Terjemahan:

"Rasul (Muhammad) beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya (Al-Qur'an) dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semua beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata), “Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya.” Dan mereka berk3ata, “Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami, ya Tuhan kami, dan kepada-Mu tempat kembali.”

Ayat 286:4

لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَاۗ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَآ اِنْ نَّسِيْنَآ اَوْ اَخْطَأْنَاۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَآ اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهٗ عَلَى الَّذِ5يْنَ مِنْ قَبْلِنَاۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهٖۚ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا اَنْتَ مَوْلٰىنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكٰفِرِيْنَ

Terjemahan:

"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa), “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.”

Keutamaan Membaca Ayat Kursi

Diriwayatkan dari Abu Hurairah, ketika ia ditugaskan menjaga zakat Ramadhan, datanglah setan yang mencoba mengambil makanan. Setelah berhasil menangkapnya, setan itu memohon untuk dilepaskan dengan janji tidak akan kembali. Abu Hurairah melaporkan kejadian ini kepada Rasulullah SAW, yang kemudian memintanya untuk melepaskan setan itu.

Pada kesempatan kedua, hal yang sama terulang. Dan pada kesempatan ketiga, setan itu berkata, "Lepaskan aku, aku akan ajarkan kepadamu beberapa kalimat yang akan memberimu manfaat." Abu Hurairah pun bertanya kalimat apakah itu. Setan itu menjawab:

"Apabila engkau hendak tidur, bacalah Ayat Kursi, karena sesungguhnya penjagaan dari Allah akan terus menyertaimu dan setan tidak akan mendekatimu sampai pagi hari."

Setelah Abu Hurairah melaporkan hal ini kepada Rasulullah SAW, beliau bersabda, "Dia telah berkata benar, padahal dia adalah pendusta."

Referensi:

HR. Bukhari, no. 2311.

Keutamaan Membaca Dua Ayat Terakhir Surat Al-Baqarah

Diriwayatkan dari Abu Mas'ud Al-Badri, Rasulullah SAW bersabda:

"Siapa yang membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah pada malam hari, maka kedua ayat itu sudah mencukupinya."

Referensi:

HR. Bukhari, no. 5009 dan Muslim, no. 808.

Para ulama menjelaskan bahwa makna "mencukupinya" bisa berarti mencukupinya dari segala keburukan dan godaan setan, atau mencukupinya dari kebutuhan ibadah di malam itu, seperti shalat malam. Amalan ini merupakan pelengkap dari zikir-zikir sebelum tidur.

Kesimpulan

Dengan demikian, membaca Ayat Kursi dan dua ayat terakhir surat Al-Baqarah sebelum tidur adalah amalan yang sangat baik untuk diamalkan karena memiliki keutamaan:

  1. Mendapat perlindungan dari Allah dan dijauhkan dari gangguan setan hingga pagi.

  2. Mendapat kecukupan dari segala keburukan dan kebaikan yang mencukupi dari ibadah malam.

Jadi, selain doa-doa yang telah disebutkan sebelumnya, Anda bisa menambahkan amalan membaca Ayat Kursi dan dua ayat terakhir surat Al-Baqarah untuk melengkapi zikir sebelum tidur Anda.

Jangan lupa, tidur dalam keadaan suci ...baik dari hadats besar maupun kecil

Semoga mimpi indah ....



Share:

Postingan Populer