Dalam kehidupan modern yang serba terhubung, godaan untuk mengetahui urusan pribadi orang lain semakin besar. Media sosial, grup percakapan, dan bahkan aplikasi pengintai seringkali membuat kita tergoda untuk melakukan tajassus—mencari-cari kesalahan atau aib orang lain. Namun, Islam secara tegas melarang perbuatan ini, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Hujurat ayat 12:
"Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka (kecurigaan), karena sebagian prasangka itu adalah dosa. Dan janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kalian memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kalian merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang."
Tajassus adalah perbuatan mencari-cari atau menyelidiki aib orang lain, baik dengan cara menguping pembicaraan, mengintip, atau bahkan meretas akun pribadi. Ayat di atas secara eksplisit melarang perbuatan ini dengan frasa "walā tajassasū" yang berarti "janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain."
Mengapa Allah SWT melarang perbuatan ini?
Melanggar Privasi dan Kehormatan: Setiap individu memiliki hak atas privasinya. Allah SWT menciptakan manusia dengan kehormatan dan harga diri yang harus dijaga. Ketika kita melakukan tajassus, kita secara langsung melanggar privasi dan merendahkan kehormatan orang lain.
Membuka Pintu Fitnah dan Kebencian: Tajassus seringkali diawali dengan prasangka buruk (suudzon) dan berakhir dengan ghibah (menggunjing) atau bahkan fitnah. Perbuatan ini dapat merusak hubungan sosial, menimbulkan permusuhan, dan menyebarkan kebencian di tengah masyarakat.
Hati Menjadi Kotor: Seseorang yang terbiasa mencari aib orang lain akan memiliki hati yang tidak bersih. Pikirannya selalu dipenuhi dengan kecurigaan dan keburukan. Ini akan menghalangi datangnya kebaikan dan keberkahan dalam hidupnya.
Contoh Tajassus dalam Kehidupan Sehari-hari
Mencari-cari tahu keburukan orang lain melalui temannya, saudaranya, atau tetangganya dan lain-lain.
Menguping Pembicaraan rahasia orang lain.
Membuka-buka folder atau pesan pribadi melalui HP/komputer orang lain tanpa hak atau tanpa ijin dengan tujuan mencari kesalahan atau aib orang tersebut.
dan lain-lain.
Rasulullah SAW memberikan peringatan keras terhadap pelaku tajassus.
Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah SAW bersabda, "Jauhilah oleh kalian berprasangka buruk, karena sesungguhnya prasangka buruk itu adalah ucapan yang paling dusta. Dan janganlah kalian mencari-cari aib orang lain, jangan memata-matai, jangan saling mendengki, jangan saling membelakangi, dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara." (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menunjukkan bahwa tajassus merupakan salah satu perbuatan yang dapat merusak persaudaraan antar sesama muslim. Tajassus seringkali menjadi akar dari berbagai penyakit hati lainnya seperti kedengkian dan permusuhan.
Para ulama memberikan penekanan penting tentang bahaya tajassus.
Imam Hasan Al-Basri pernah berkata, "Demi Allah, sungguh seorang mukmin tidak akan mencurigai orang lain dan tidak akan mencari-cari aib mereka."
Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam Fathul Bari menjelaskan bahwa tajassus adalah tindakan yang dilarang karena dapat merusak hubungan sosial dan memicu kebencian. Beliau menegaskan bahwa seorang muslim harus menjaga kehormatan saudaranya seperti ia menjaga kehormatan dirinya sendiri.
Penutup
Larangan tajassus dalam Islam bukanlah tanpa alasan. Larangan ini bertujuan untuk menjaga kehormatan individu, menciptakan masyarakat yang harmonis, dan membersihkan hati dari segala penyakit. Al-Qur'an dan hadits Nabi mengajarkan kita untuk fokus pada perbaikan diri sendiri daripada sibuk mencari-cari aib orang lain.
Mari kita renungkan kembali. Setiap kita memiliki kekurangan dan aib. Jika kita tidak ingin orang lain mengintai dan menyebarkan aib kita, maka kita juga tidak boleh melakukannya kepada orang lain. Dengan menghindari tajassus, kita tidak hanya menaati perintah Allah, tetapi juga membangun hubungan yang lebih baik dan saling percaya.
Semoga Allah SWT senantiasa menjaga lisan dan perbuatan kita dari segala hal yang dapat merusak diri dan orang lain. Aamiin.