وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّن دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

29 Juli 2025

Biografi Imam Syafi'i


Imam Syafi'i, yang nama lengkapnya adalah Muhammad bin Idris bin Abbas bin Utsman bin Syafi' bin Saib bin Ubaid bin Abdu Yazid bin Hasyim bin Al-Muthalib bin Abdul Manaf bin Qusayy bin Kilab, adalah salah satu ulama besar dalam sejarah Islam yang mendirikan mazhab Syafi'i. Nasab beliau bertemu dengan Rasulullah SAW pada Abdu Manaf. Beliau dikenal sebagai seorang mujtahid yang brilian dan pembela sunnah.


Masa Kecil dan Pendidikan

Kelahiran dan Asal-usul: Imam Syafi'i lahir di Askelon (Gaza, Palestina) pada tahun 150 Hijriah (767 Masehi), bertepatan dengan tahun wafatnya Imam Abu Hanifah. Ayahnya meninggal dunia saat beliau masih sangat kecil, sehingga Imam Syafi'i dibesarkan oleh ibunya dalam keadaan serba kekurangan.

Pindah ke Mekkah: Ketika berusia sekitar dua tahun, sang ibu membawa beliau ke Mekkah. Keputusan ini diambil karena kekhawatiran ibunya akan hilangnya garis keturunan mulia Syafi'i, serta adanya lebih banyak anggota keluarga keibuannya di Mekkah.

Kecerdasan dan Ketekunan Belajar: Sejak kecil, kecerdasan Imam Syafi'i sudah sangat menonjol. Meskipun hidup dalam kemiskinan dan kesulitan ekonomi, beliau sangat tekun dalam menuntut ilmu. Diceritakan bahwa ibunya tidak mampu membeli kertas, sehingga beliau menulis hasil pelajarannya pada tulang, pelepah kurma, atau batu.

  • Menghafal Al-Qur'an: Pada usia 7 tahun, beliau telah hafal Al-Qur'an secara sempurna.

  • Menghafal Kitab Al-Muwatta': Pada usia 10 tahun, beliau sudah hafal Kitab Al-Muwatta' karya Imam Malik bin Anas di luar kepala.

  • Berfatwa di Usia Muda: Bahkan, pada usia 15 tahun, beliau sudah diberi wewenang untuk mengeluarkan fatwa oleh gurunya, Muslim bin Khalid az-Zanji, Mufti Mekkah saat itu. Ini terjadi setelah beliau menghafal 10.000 hadis.

Pengembaraan Mencari Ilmu: Perjalanan ilmiah Imam Syafi'i tidak berhenti di Mekkah. Beliau melanjutkan pencarian ilmu ke berbagai tempat:

  • Madinah: Untuk memperdalam ilmu hadis dan fiqih, beliau pergi ke Madinah untuk berguru langsung kepada Imam Malik bin Anas, penulis Kitab Al-Muwatta'. Beliau menetap di Madinah hingga Imam Malik wafat.

  • Yaman: Setelah itu, beliau sempat menjadi qadhi (hakim) di Yaman pada usia 30 tahun atas undangan gubernur Yaman.

  • Baghdad (Irak): Imam Syafi'i dua kali berkunjung ke Baghdad. Di sana, beliau mendalami mazhab ahli ra'yu (rasio) dan berguru kepada Muhammad bin al-Hassan, salah satu murid Imam Abu Hanifah. Di Baghdad inilah beliau menyusun qaul qadim (pendapat lama) mazhabnya.

  • Kembali ke Mekkah: Setelah meraih ilmu dari ulama Irak, beliau kembali ke Mekkah dan mulai menyebarkan mazhabnya sendiri.

  • Mesir: Akhirnya, pada tahun 199 Hijriah, Imam Syafi'i pindah ke Mesir dan menetap di sana. Di Mesir, beliau menyusun kembali pemikiran-pemikiran fiqihnya yang kemudian dikenal sebagai qaul jadid (pendapat baru). Perubahan ini disebabkan oleh interaksi dengan kondisi sosial, budaya, dan keilmuan yang berbeda di Mesir.


Wafatnya Imam Syafi'i

Imam Syafi'i wafat di Fustat, Mesir, pada hari Kamis malam Jumat, 30 Rajab tahun 204 Hijriah (820 Masehi), pada usia 54 tahun. Beliau dimakamkan di pemakaman Bani Abd al-Hakam dekat Gunung al-Muqattam. Hingga kini, makam beliau senantiasa dikunjungi oleh banyak peziarah.


Karya-karya Imam Syafi'i

Imam Syafi'i meninggalkan warisan intelektual yang sangat besar bagi umat Islam. Karya-karya beliau menjadi rujukan penting dalam studi hukum Islam dan ushul fiqih. Di antara karya-karya beliau yang paling monumental adalah:

  1. Kitab Ar-Risalah: Ini adalah karya monumental Imam Syafi'i yang dianggap sebagai kitab pertama yang membahas ushul fiqih secara sistematis. Kitab ini merumuskan metodologi dan prinsip-prinsip yang digunakan Imam Syafi'i dalam menggali hukum-hukum Islam dari Al-Qur'an, As-Sunnah, Ijma', dan Qiyas. Di dalamnya, beliau membahas kedudukan sunnah di sisi Al-Qur'an, konsep amr (perintah) dan nahi (larangan), serta naskh dan mansukh (pembatalan hukum).

  2. Kitab Al-Umm: Kitab ini merupakan kompilasi pemikiran-pemikiran fiqih Imam Syafi'i, khususnya yang berkaitan dengan qaul jadid beliau. Kitab Al-Umm mencerminkan kematangan ijtihad beliau setelah perjalanan panjangnya. Di dalamnya, terdapat pembahasan furu' fiqih (hukum praktis), ushul fiqih, fiqih muqaran (perbandingan mazhab), ayat-ayat hukum dan tafsirnya, serta hadis-hadis dan atsar hukum dengan sanad bersambung.

  3. Kitab Ikhtilaful Hadits: Kitab ini membahas perbedaan-perbedaan (ikhtilaf) dalam hadis-hadis Nabi dan memberikan penjelasan serta solusi atas perbedaan tersebut.

  4. Kitab Sunan al-Ma'tsuroh: Kumpulan hadis-hadis Nabi.

  5. Diwan Asy-Syafi'i: Kumpulan syair-syair yang ditulis oleh Imam Syafi'i. Beliau dikenal memiliki kemahiran dalam sastra Arab dan syair.

Selain itu, terdapat pula karya-karya lain yang dinisbatkan kepada beliau seperti Kitab Al-Aqidah, Kitab Usul al-din wa Masa'il al-Sunnah, Kitab Ahkam al-Qur'an, dan lain-lain. Meskipun tidak semua karyanya sampai kepada kita secara utuh, pengaruh pemikiran Imam Syafi'i terus hidup dan menjadi dasar bagi perkembangan ilmu fiqih di dunia Islam.


Share:

Postingan Populer